Yatno mengatakan sengketa lahan di daerah Bongkoran seharusnya bisa selesai apabila Pemkab Banyuwangi memperhatikan kepentingan masyarakat Bongkoran yang mayoritas petani Para petani itu menolak rencana pembangunan kawasan industri di area Bongkoran Ketua Organisasi Petani Wongsorejo Banyuwangi (OPWB) Yatno Subianto mengatakan pembangunan kawasan indutri di daerahnya akan menyengsarakan petani Pembangunan kawasan industri dianggap akan mengurangi lahan pertanian kawasan industri tidak cocok didirikan di kawasan Wongsorejo Yatno mengatakan jika petani berubah profesi menjadi buruh kesejahteraannya belum tentu lebih baik dari profesi petani Yatno meminta pemerintah Banyuwangi membatalkan rencana pembangunan kawasan industri di Kecamatan Wongsorejo “Kami tetap menyampaikan penolakan atas industrisasi industrisasi itu kan hanya menguntungkan kepentingan golongan tertentu Contoh saja kalau misalnya di bangun pabrik perakitan mobil lalu warga para tukang cari rumput apa mungkin nanti disuruh merakit mobil Ketua Organisasi Petani Wongsorejo Banyuwangi (OPWB) Yatno Subianto menambahkan para petani juga menuntut hak pengelolaan tanah seluas 220 hektare di kawasan Bongkoran Mereka mengklaim sudah menempati tanah itu selama puluhan tahun Banyuwangi mendapat perhatian dari Komisi Nasional Hak Asasi Manusia (Komnas HAM) sejak beberapa tahun lalu Komnas HAM sudah mengirim surat ke pemerintah Kabupaten Banyuwangi pada 14 April 2014 lalu Surat itu berisi rekomendasi Komnas HAM agar pemerintah menghentikan rencana pembangunan kawasan industri di daerah Bongkoran Yatno mengklaim jika tuntutan petani diabaikan pemerintah daerah maka petani akan menggelar aksi lebih besar lagi KBR percaya pembaca situs ini adalah orang-orang yang cerdas dan terpelajar Karena itu mari kita gunakan kata-kata yang santun di dalam kolom komentar ini Banyuwangi in East Java is scheduled to hold the colossal dance exhibition Gandrung Sewu Festival on Sunday (08/10) The festival will adopt the "Kembang Pepe" theme to retell the story of how gandrung dancers served Dutch army soldiers liquor during the colonial era to inhibit their capabilities so they could be easily captured by Indonesian nationalists Performers in the dance have been selected from junior and senior high schools in Giri Banyuwangi district head Azwar Anas said residents are very enthusiastic to join the festival as their sense of involvement in exposing the region's arts and culture has begun to grow the mass dance festival earned an award from Indonesian Museums of Records (MURI) as an event with the largest number of dancers "The number of participants must increase this year I hope the Gandrung Sewu Festival will break another record in MURI so the city can attract more tourists," said Esthy Reko Astuti deputy for tourism development at the Ministry of Tourism Tourism Minister Arief Yahya said the ministry will continue to push Banyuwangi as a hotbed for foreign tourism saying "traditional rituals like Gandrung Sewu is unique and suitable as one of the best tourist attractions in Banyuwangi."